Selasa, 25 Maret 2014


"Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama Walaupun musik adalah sejenis fenomena intuisi, untuk mencipta, memperbaiki dan mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni." -- dikutip dari wikipedia.org.

Jika anda sedang tertarik dengan topik ini dan berusaha untuk mencarinya di internet, maka anda akan disuguhkan dengan banyak sekali artikel yang membahas mengenai masalah ini. Namun hanya sedikit dari banyak artikel tersebut yang menjawabnya secara langsung. Kebanyakan yang disajikan adalah contoh - contoh penelitian psikologi mengenainya. Pada artikel ini saya akan mencoba untuk sedikit menjelaskan/ menjawab pertanyaan ini. Tentu saja saya mendapatkan referensi dari blog - blog sahabat yang membahasnya.

Kata kunci untuk menjawab pertanyaan ini adalah sifat dasar manusia itu sendiri, yaitu "interaksi". Dalam menjalani kehidupannya tentulah setiap manusia akan selalu berinteraksi, baik itu terhadap sesama manusia ataupun dengan alam sekitarnya. Interaksi ini dilakukan manusia dengan tujuan untuk memahami, ataupun mengerti, dapat pula merasakan apa yang diinginkan oleh lawan interaksinya. Interaksi ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, berkomunikasi, melihat, mendengar, meraba, serta merasa (lidah). Dari kelima cara tersebut mana yang paling penting?, semua tentu setuju jika saya katakan bahwa mendengar adalah yang paling penting untuk memahami, urutan kedua adalah penglihatan, sedangkan untuk menyampaikan informasi adalah dengan berkomunikasi.

Kita kembali ke pertanyaan mengapa musik dapat mempengaruhi emosi. Sebuah musik diciptakan dengan cara menuangkan perasaan sang pencipta musik dalam bentuk harmoni nada menggunakan berbagai alat musik, atau hanya satu alat musik. Artinya, sebuah musik adalah gambaran emosi dari penciptanya. Bagi para pembaca sekalian yang pernah menciptakan sebuah musik tentu setuju dengan hal ini. Pernyataan ini juga menjawab pertanyaan "Jika yang namanya nada hanya terdiri dari do re mi fa sol la si do, dan rata - rata orang normal hanya dapat mencapai 2 oktaf, mengapa begitu banyak harmoni nada (musik) yang selama ini dapat tercipta?". Karena sebuah musik hanya dapat tercipta melalui kepiawaian penciptanya dalam "memusikkan" emosinya, bukan melalui perhitungan - perhitungan matematika. Tentu saja yang namanya emosi jumlahnya sangat beragam, tidak ada satu orangpun di dunia ini yang memiliki emosi yang sama dengan orang lainnya. Biarpun sama - sama sedih apakah anda dapat mengukur sesedih apa kesedihannya?

Ketika kita mendengarkan musik, secara sadar maupun tidak sadar kita akan ikut merasakan emosi pencipta musik tersebut. Jika ia menciptakannya pada keadaan sedih, kita yang mendengarkan "emosi sedih" tersebut juga akan merasakan hal yang sama. Jika ia menciptakannya pada keadaan senang, kita yang mendengarkan "emosi senang" tersebut juga akan merasakan hal yang sama. Itulah mengapa beberapa orang mengatakan bahwa musik adalah bahasa dunia, karena menyampaikan suatu emosi memang tidak perlu memakai bahasa dari negara tertentu, cukup dengan lantunan melodi yang harmoni berupa musik. Dan yang paling berperan penting dalam hal ini adalah pendengaran. Putarlah musik kesukaan anda, duduk santai dan abaikan semua hal lainnya, tutup mata anda dan dengarkan baik - baik alunan nadanya, jangan lewatkan satupun bunyi instrumen musik yang ada pada musik tersebut, kemudian rasakanlah emosi apa yang anda rasakan. Itulah "pesan emosi" yang ingin disampaikan oleh penciptanya kepada anda.

Sebelum membaca artikel ini lebih lanjut, perlu digaris bawahi maksud dari judul artikel ini adalah dalam konteks belajar.

"Melihat Tidak Semudah Mencoba", bisa diartikan pula dengan "Mencoba Jauh Lebih Mudah Daripada Melihat". Mengapa bisa seperti itu?. Semua orang tentu setuju, jika dikatakan bahwa melihat sesuatu jauh lebih gampang daripada mengerjakannya. Tetapi pada kenyataanya tidaklah demikian. Hanya saja tidak banyak orang yang menyadari ini. Ketika anda mempelajari sesuatu, apa yang ingin anda peroleh? tentu saja sebuah "hasil" bukan?. Tentu saja jika hanya dengan melihat, akan sangat sulit bagi anda untuk mendapatkan "hasil" tersebut. Lain halnya ketika anda mencoba, maka saya yakin, "hasil" tersebut akan jauh lebih mudah anda dapatkan dibanding hanya dengan melihat.

Kita ambil satu contoh. Ketika kita akan mempelajari coding komputer. Jika coding tersebut hanya kita lihat dan perhatikan terus menerus, saya yakin, ketika giliran kita yang di suruh melakukan coding, maka pasti akan keteteran, dan coding yang menjadi bahan "lihatan" itu wajib ada didekat kita agar dapat terus kita tiru. Tetapi ketika kita menuliskan coding tersebut baris demi baris, sedikit demi sedikit kita pasti akan paham dengan sendirinya tentang coding tersebut, menuliskannya kembali tentu bukan menjadi masalah yang berarti. Semua orang yang pernah melakukan coding pasti setuju akan hal ini.

Contoh kedua adalah mengenai belajar baca - tulis. Jika konsep yang kita pakai adalah melihat dulu baru mencoba (melihat dianggap lebih gampang), maka pastilah akan sangat lama kita dapat memahaminya. Maka dari itulah semua pelajaran baca - tulis pastilah selalu dilakukan bersama - sama, tanpa pernah dipisahkan. Bagaimana? apakah anda setuju dengan judul artikel diatas?

Senin, 24 Maret 2014


Tabloidpulsa.co.id adalah website yang menyediakan informasi tentang segala hal yang berbau gadget. Mulai dari review produk,berita terbaru seputar gadget, tips2 gadget, sampai daftar harga hp murah pun ada. Sebenarnya ini adalah website resmi dari majlh dengan nama yang sama.

Untuk global rank dari web ini di dalam situs alexa, diakses pada tanggal 24 Maret 2014 adalah 5,472, sedangkan rank nya d indonesia adalah 115. Ketika kita googling dengan mengetik keyword "website harga gadget", maka yang akan tampil teratas adalah situs ini. Diambil dari who.is, umur website ini adalah 10 tahun 21 hari.

Menurut saya konten yang terdapat di dalam website ini cukup lengkap. Tetapi desain website yang ditampilkan nampaknya belum mengusung konsep simplicity. Jadi sebagai pengunjung saya merasa isinya terlalu ribet, walaupun tidak terlalu mempengaruhi/mengganggu kita untuk menjelajahi konten - konten yang terdapat di dalam web ini.

Tertarik untuk mengunjunginya?

Sebuah pertanyaan yang sangat - sangat udah untuk dijawab. Jawabannya sudah pasti adalah dengan cara berbohong. Tetapi sayangnya pada artikel saya kali ini sesuatu yang sangat simpel seperti ini tidak mungkin terjadi. Jadi? apa yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini?

Pertama - tama, seperti biasa, saya akan menyampaikannye melalui sebuah ilustrasi. Pada kesempatan kali ini kasunya adalah seorang suami yang berbohong kepada istrinya (diambil dari sebuah manga berjudul "Bloody Monday"). Ketika seorang suami mencoba untuk berbohong kepada istrinya tentang sesuatu hal (yang dapat memicu pertengkaran hebat), ia pasti akan selalu membuat suatu alasan. Alasan ini akan diutarakannya dengan cara yang tidak wajar. Cara pertama yang paling sering dilakukan adalah, sang suami akan membahas topik pembicaraan yang selama ini jarang dibahasnya (dengan kondisi sebelum topik kebohongan dibicarakan). Cara tersebut sangat beresiko, apalagi jika suami - istri tersebut sudah menikah cukup lama, pastilah sang istri akan mengetahui atau minimal menaruh rasa curiga terhadap si suami. Dan jika kecurigaan tersebut semakin menjadi - jadi, maka kebohongan itu akan terbongkar. 

Cara kedua yang sering dilakukan adalah ketika sang istri bertanya mengenai topik kebohongannya, sang suami akan menjawab asal - asalan dan berusaha untuk mengganti topik pembicaraan secepat mungkin. Mungkin ketika sang istri tidak menaruh rasa curiga sama sekali, cara kedua ini akan berhasil. Tetapi lain halnya ketika ia sudah menaruh rasa curiga, cara kedua ini akan berakibat sangat fatal. Dan perlu digaris bawahi "buat apa dibahas kalo tidak curiga?". 

Cara ketiga adalah dengan berpura - pura sibuk dengan pekerjaannya. Hal ini dilakukan agar jangan sampai ada topik apapun yang dibahas oleh istrinya. Sehingga kebohongannya akan tertutup rapat seiring berjalannya waktu. Tetapi ada satu kelemahan dengan cara ini. Tidak masalah jika cara ini dilakukan oleh orang yang memang pada awalnya memiliki kepribadian yang cenderung pendiam. Akan lain kejadiannya ketika cara ketiga ini dilakukan oleh orang yang memiliki kepribadian berlawanan, maka cara ketiga ini akan otomatis tergolong dalam cara pertama.

Cara keempat, yang juga merupakan pertanyaan dari judul artikel ini adalah dengan cara membuat kenyataan itu menjadi sebuah kebohongan. Atau dengan kata lain "berbohong dengan cara mengatakan kenyataan". Tentu saja hal tersebut dilakukan dengan kondisi tertentu, misalnya dengan cara bercanda?. Setelah disampaikan tentu saja diikuti dengan cara menyampaikan fakta - fakta rekaan yang mendukungnya. Cara ini dilakukan untuk membuat sang istri berpikir "oh iya, mana mungkin dia begitu", tentu saja langkah ini dilakukan sebelum sang istri berpikir "jangan - jangan dia begitu...". 

Tetapi tetap saja, biar bagaimanapun cara anda berbohong pasti ujung - ujungnya akan ketahuan juga. Karena keempat cara yang saya paparkan diatas semuanya mengarah ke cara pertama, dan dapat dipastikan cara manapun yang dipakai pasti akan menimbulkan kecurigaan. Mau mencoba?


Minggu, 23 Maret 2014


Jika pembaca sekalian dihadapkan pada pertanyaan seperti ini, saya yakin jawaban yang muncul akan sangat bermacam - macam. Tergantung dari pengalaman masing - masing. Tetapi dari sekian banyak jawaban yang muncul, saya sangat setuju dengan jawaban ini "Berpikir".

Mengapa menurut beberapa orang merenung adalah hal yang penting?, itu semua adalah karena merenung memili output yang nyata. Output tersebut adalah sebuah "ide cemerlang". Ide cemerlang ini dapat berupa solusi penyelesaian dari suatu masalah, menyadari sesuatu yang selama ini dianggap enteng (bersyukur), dapat pula berupa langkah - langkah yang harus dilakukan utuk membuat suatu hal menjadi lebih baik dan lain sebagainya. Timbul pertanyaan, mengapa jika merenung merupakan kegiatan yang memiliki output luar biasa, tidak banyak orang yang melakukannya?. Hal ini dapat terjadi karena hasil dari kegiatan tersebut tidak dapat dirasakan oleh banyak orang. Jika caranya salah, maka output yang keluar pastilah juga akan salah.

Tidak banyak yang harus dilakukan seseorang ketika merenung, seperti yang telah saya jelaskan pada bagian awal artikel, hal yang harus dilakukan ketika merenung adalah berpikir. Jika kita merenung untuk menyelesaikan masalah, maka pikirkanlah segala hal yang terkait dengan maslah tersebut, dipandang dari semua sudut termasuk dengan cara menyalahkan diri sendiri. Jika kita merenung untuk menyadari sesuatu yang selama ini dianggap enteng (bersyukur), pikirkanlah betapa kita memerlukan hal tersebut ketika kita tidak memilikinya. Jika kita merenung untuk mendapatkan langkah - langkah yang harus dilakukan utuk membuat suatu hal menjadi lebih baik, pikirkanlah tentang segala kesalahan yang telah kita perbuat. Itulah mengapa merenung dapat pula diartikan sebagai menyendiri, karena hal - hal diatas harus kita pikirkan dengan kemampuan diri sendiri sehingga apapun hasilnya kita tidak akan punya alasan untuk menyalahkan orang lain. Semua hasil merenung (menyendiri) pastilah menghasilkan sesuatu yang baik, tetapi belum tentu baik bagi orang lain (sebenarnya bisa juga baik bagi orang lain). Karena sifat dasar manusia tidak mungkin mau merugikan drinya sendiri.

Sabtu, 22 Maret 2014


Deskripsi yang terdapat pada website ini adalah sebagai berikut : "Jurnal Otaku Indonesia adalah sebuah media yang membahas berita-berita yang berkaitan dengan Jepang, baik itu kultur maupun pop-kultur, mulai dari yang unik, aneh, hingga yang luar biasa penting. Dimulai sejak Desember 2012 hingga sekarang, kami terus berkembang untuk meliput lebih banyak berita terkini melalui situs ini"

Agak aneh memang membac deskripsinya pada bagian "Dimulai sejak Desember 2012" karena ketika domain web ini saya cari di dalam situs who.is, tertera bahwa domainnya di register pada tanggal 23 April 2013, dan ketika saya telusuri riwayat postingannya, postingan pertama tertulis diposting pada tanggal 24 April 2013. Hal ini mungkin saja terjadi karena admin web nya kurang teliti, atau sebelum memakai domain ini, jurnalotaku sudah memakai domain lain yang di registrasikan pada akhir tahun 2012. Tetapi tetap saja, jika halaman aboutnya ada pada domain yang sekarang, maka seharusnya data yang ditampilkan sesuai dengan domain yang sekarang.

Baiklah cukup untuk komentar negatifnya. Sekarang kita akan coba me review sedikit tentang kelebihan dari website ini.

Pertama, ketika pertama masuk ke situs ini kesannya cukup modern, tidak seperti situs - situs pada umumnya, karena tema yang dipakai pada desainnya adalah "simplicity". Sistem navigasinya pun cukup sederhana, deretan tag diatas dan kotak search disamping. Isinya menurut saya cukup beragam dan lengkap, sehingga mengundang orang untuk membacanya. Website yang sangat berguna bagi orang - orang yang menyukai Jepang, terutama anime - anime dan manganya, karena sebagian besar artikel yang disajikan terkait dengan hal -hal tersebut.

Rank pada situs alexa, diakses pada tanggal 22 Maret 2014 jurnalotaku.com memiliki rank 72,399 pada global rank, dan 1,834 pada indonesia rank. Dan satu hal yang paling menarik yang saya sadari adalah ketika anda mengetikkan keyword "website otaku indonesia" pada google, maka yang akan tampil pada urutan ter atas adala situs ini. Maka dapat dibilang, untuk saat ini jurnalotaku.com merupakan website otaku yang paling populer di indonesia.

Anda tertarik? silahkan kunjungi website ini pada halaman jurnalotaku.com

Albert Einsten berkata "Imagination Is More Important Than Knowledge". Mengapa demikian?. Jawabannya sederhana yaitu tanpa adanya imajinasi, pikiran kita tidak akan pernah maju dan menemuklan hal - hal baru, kita hanya akan memikirkan hal - hal yang selama ini sudah ada tanpa adanya perubahan sedikitpun. 

Berimajinasi mungkin dapat dilakukan oleh setiap orang, namun tidak semua orang yang berimajinasi memiliki kemampuan untuk mewujudkannya. Jika suatu imajinasi sudah mampu diwujudkan, maka akan terciptalah yang namanya pengetahuan. Mungkin inilah yang dimaksud oleh seorang Albert Einstein dalam kutipannya yang terkenal diatas. Memang, pengetahuanlah yang selama ini menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa, pengetahuanlah yang menjadi dasar umat manusia dalam bertindak. Namun, suatu pengetahuan hanya bisa tercipta ketika pengetahuan tersebut sudah "diimajinasikan".

Salah satu contohnya adalah terciptanya pesawat terbang. Bayangkan, jika pada saat sekarang ini pembaca sekalian berada pada zaman dimana pesawat terbang belum tercipta. Tidak ada satupun manusia di bumi ini yang dapat terbang. Mereka hanya melihat makhluk lain melakukan hal tersebut (burung). Apa yang dapat anda lakukan? tentunya hanya dapat bermimpi untuk bisa terbang. "Mimpi" inilah yang disebut sebagai imajinasi. Dari sekian banyak manusia yang berimajinasi untuk terbang, hanya sebagian orang yang berusaha untuk mewujudkannya. Hasilnya? imajinasi tersebut menjadi kenyataan, terciptalah "pengetahuan" untuk terbang. Dan masih banyak lagi contoh imajinasi - imajinasi yang mungkin bagi orang - orang pada zamannya adalah hal yang gila dan tidak masuk di akal.

Imajinasi bukanlah suatu hal yang berbau khayalan, bukan pula hanya milik anak - anak. Imajinasi adalah jembatan antar peradaban manusia, yang menghubungkan antara jaman dulu, jaman sekarang, dan masa depan. Imajinasi adalah batu loncatan bagi umat mnusia untuk mencapai tingkatan pengetahuan yang lebih tinggi. Maka dari itu, tidak lah salah jika seseorang selalu berimajinasi, berfikir di luar kebiasaan yang mungkin dianggap orang - orang di sekelilingnya sebagai sesuatu yang tidak masuk di akal. Karena tidak menutup kemungkinan imajinasi orang tersebut akan merubah dunia dan membawa umat manusia ke tingkatan yang lebih tinggi. Namun perlu di garis bawahi antara imajinasi dan khayalan, jika imajinasi adalah mimpi yang diusahakan oleh pelakunya untuk diwujudkan, maka khayalan adalah mimpi yang pelakunya tida pernah berusaha sama sekali untuk mewujudkannya. Pakah anda termasuk orang yang berimajinasi? ataukah orang yang berkhayal?.

Jumat, 21 Maret 2014


Mungkin pertanyaan ini sering muncul dibenak beberapa pembaca sekalian. Kira - kira apakah yang terjadi jika Google tidak ada???. Jawaban yang muncul bisa sangat banyak tergantung siapa yang menjawab dan siapa yang bertanya. Tetapi setelah penulis mencoba mencari pertanyaan ini di google, rata - rata jawaban yang muncul adalah, yahoo akan berjaya, masih ada search engine lain, tidak ada blog, android dan produk - produk Google lainnya. Mungkin pernyataan - pernyataan tersebut dapat dibilang benar, tetapi penulis merasa tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Berikut penulis akan mecoba menguraikan jawaban - jawaban yang dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

Pertama, kita asumsikan tidak adanya google bukan hanya berupa situsnya saja, melainkan semua orang yang bekerja di google juga tidak pernah ada. Kemungkinan besar search engine lain selain google tidak akan dapat berkembang sepesat google. Maka yang akan terjadi adalah perkembangan internet akan berjalan lebih lambat dari sekarang. Terutama dalam hal kemunculan blog - blog baru. Karena kita ketahui bersama bahwa yang namanya blog, apalagi di Indonesia, sebagian besar dibuat dengan tujuan komersil, yaitu untuk mencari uang dari internet. Dan yang menjadi tujuan utamanya adalah memunculkan blog tersebut di mesin pencarian Google. Coba saja pembaca bandingkan googling antara keyword "memunculkan blog di google" dengan "memunculkan blog di yahoo".

Jawaban pertama yang diuraikan diatas mungkin kurang memuaskan."Jika search engine google tidak ada pastinya orang akan memilih untuk memakai search engine yang paling terbaik saat ini, perkembangan internet pun pastilah akan sepesat sekarang". Pernyataan tersebut memang benar, karena kepopuleran suatu situs pada dasarnya bukan terletak pada kemampuan situs tersebut melainkan pada kebutuhan penggunanya, apakah sesuai atau tidak, jika terlalu hebat tetapi tidak ada yang cocok menggunakannya pun, sama saja bohong.

Oke, sekarang kita masuk ke pernyataan kedua. Dengan masih memakai asumsi pada pernyataan pertama, maka yang akan terjadi adalah saingan dari situs Yahoo! bukan hanya sesama situs yang menyediakan search engine, melainkan situs - situs media sosial, sharing, dan forum - forum online. Mengapa demikan? karena tidak dapat dipungkiri bahwa keunggulan Google dari Yahoo! yang paling utama adalah dalam hal algoritma pencariannya (karena kita masih memakai asumsi pada pernyataan pertama). Google dipilih menjadi mesin pencari nomor 1 karena sasarannya selalu tepat guna. Apakah akan membuat Yahoo! tidak dianggap sebagai search engine? tentu tidak, yang berbeda hanya saingan dari situs ini, bukan kepopulerannya. Yahoo! akan tetap menjadi search engine nomor 1 tetapi saingannya akan berbeda. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketika seorang pengguna internet tidak menemukan apa yang dicarinya didalam search engine, maka dapat dipastikan ia akan bertanya kepada pengguna internet lain tentang hal - hal yang ingin dicarinya. Pada tahap ini, interaksi sosial di dalam dunia maya akan jauh kebih intens daripada yang terjadi pada saat ini. Dan medianya adalah situs - situs seperti yang telah disebutkan diatas (saingannya Yahoo!).

Ketiga, merupakan pernyataan ter-aman dan tidak dapat dibantah, yaitu dengan membuang semua asumsi pada pernyataan pertama dan kedua. Artinya orang - orang yang bekerja di Google tetap ada pada saat ini, dan bekerja pada bidang yang sama. Tentu saja yang akan terjadi adalah "tidak ada sama sekali". Perkembangan internet tetap akan sepesat sekarang, persaingan antar search engine akan tetap sama, dan yang berbeda hanya satu, yaitu nama situsnya.

Bagaimana? apakah pembaca sekalian setuju dengan pernyataan - pernyatan diatas?



Dikutip dari wikipedia, pengertian sugesti adalah proses psikologis dimana seseorang membimbing pikiran, perasaan, atau perilaku orang lain. Atau dapat pula diartikan sebagai "perintah".

Dalam kehidupan kita sehari hari banyak sekali sugesti yang telah kita terima baik secara sadar maupun tidak sadar. Baik itu dari teman kita, orang tua, diri sendiri, maupun dari orang yang tidak kita kenal. Tetapi apakah mungkin ada sugesti yang secara tidak sadar kita terima, dan secara tidak sadar pula kita kerjakan?. Jawabannya adalah ya. Pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba menguraikan secara singkat beberapa contoh sugesti yang secara tidak sadar telah kita terima, dan secara tidak sadar pula telah kita laksanakan.

Contoh yang paling sederhana adalah iklan, khususnya iklan rokok. Bandingkan dengan iklan - iklan lain yang beredar di televisi. Ada suatu perbedaan yang mencolok yaitu pada iklan rokok tidak ditampilkan produknya sama sekali. Melainkan "image" dari produk tersebut dan nama merknya. Pada dasarnya aturan ini (tidak boleh menampilkan produk) diberlakukan untuk iklan rokok dengan tujuan agar anak - anak dibawah umur tidak mengetahui produk yang diiklankan sehingga mereka tidak mengkonsumsinya. Tetapi aturan seperti ini membuat para produsen memiliki kesempatan yang sangat bagus untuk membangun "image" produk mereka. Disinilah sugesti bekerja, Iklan tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga orang - orang yang melihatnya menjadi berpikir bahwa merk dari rokok tersebut "keren". Selain menjual rasa dan kemasan, para produsen juga telah berhasil menjual "image" dari produknya. Orang - orang yang  menonton iklan mereka dipaksa untuk melihat rokok sebagai sesuatu yang "keren" dengan cara menampilkan hal - hal yang berbau petualangan, pandangan hidup, keberanian, kedewasaan berpikir dan lain sebagainya. Padahal dalam kenyataannya produk yang dijual tidak mengandung hal - hal diatas sama sekali. Cara sugesti yang seperti ini terbukti berhasil, karena cukup banyak perokok yang merokok dengan alasan hanya karena ingin terlihat "keren", dan yang dikonsumsi pada dasarnya bukanlah rokok, melainkan "image" dari rokok tersebut tanpa menyadarinya. "Image" ini lah hasil atau produk dari sugesti. Kita diperintahkan untuk melihat rokok sebagai sesuatu yang "keren", dan kemudian kita lakukan. Begitu pula ketika kita mendengar atau menyaksikan penyuluhan tentang bahaya merokok, atau melihatnya di media - media. Kita diperintahkan untuk melihat rokok itu sebagai sesuatu yang buruk, dan kemudian kita pun melakukannya.

Kata "perintah" dalam pengertian kita sehari hari mungkin berupa suatu kata atau kalimat seruan yang menyuruh untuk mengerjakan sesuatu. Seperti Pergi!, Baca!, Diam!, dll. Tetapi kata "perintah" yang dimaksud dalam sugesti mempunyai makna yang jauh lebih luas. Seperti kita lihat contoh iklan rokok diatas, apakah perintah untuk melihat rokok sebagai sesuatu yang "keren" ditampilkan atau diucapkan di dalam iklan? tentu tidak. Perintah tersebut disampaikan kepada kita dalam bentuk "image".

Pada dasarnya kehidupan yang kita jalani ini isinya adalah hasil dari sugesti - sugesti yang kita terima semenjak masih bayi. Bahasa, cara berkomunikasi, tata krama, cara berpakaian, cara berprilaku semuanya adalah hasil dari sugesti yang berbentuk ajaran. Apakah pembaca sekalian pernah mendengar kutipan yang berbunyi "kamu bisa jika berpikir kamu bisa", ini adalah salah satu bentuk dari sugesti diri sendiri yang berguna untuk menangkal berbagai macam sugesti negatif yang datang dari luar. Contohnya adalah ketika orang lain meragukan kemampuan anda dalam mengerjakan sesuatu yang pada dasarnya hal itu adalah keahlian anda, secara tidak sadar orang itu telah memasukkan sugesti yang berisi perintah untuk memandang diri anda sendiri tidak bisa melakukan hal itu, kemudian andapun tidak melakukannya secara maksimal karena anda telah berpikir anda akan gagal. Akan lain kejadiannya jika anda dapat menangkal sugesti tersebut dengan cara mengikuti perintah lain, yaitu "kamu bisa jika berpikir kamu bisa", maka anda pasti akan mengerjakan hal itu dengan maksimal.

Sedikit contoh diatas mungkin cukup bagi pembaca sekalian untuk mengetahui apa maksud dari judul artikel ini. Artikel ini pun sebenarnya memiliki sugesti yang berisi perintah agar pembacanya memiliki pandangan terhadap "sugesti" seperti yang dimiliki oleh penulis. Apakah anda sadar? atau tidak sadar?


Kamis, 20 Maret 2014


Bagi kebanyakan orang mungkin olahraga tinju hanyalah olahraga yang mempertontonkan kekerasan. Namun pagi penggemar olahraga ini (baik yang nonton maupun yang melakukan), tinju bukan hanya adu kekerasan melainkan juga adu teknik. Banyak petinju, baik di dalam maupun di luar negeri yang mempunyai pukulan - pukulan keras, tetapi tidak memiliki teknik yang baik dalam bertinju. Ada juga yang memiliki teknik yang baik dalam bertinju tetapi tidak mempunyai pukulan keras. Dari kedua jenis petinju diatas, jenis kedua memiliki peluang yang lebih baik untuk berprestasi dalam olahraga tinju dibandingkan dengan jenis pertama. Saya yakin pembaca sekalian setuju dengan statemen ini. Karena sudah banyak contoh petinju yang termasuk dalam jenis kedua ini. 

Sebut saja salah satunya adalah Crish John, mantan petinju andalan indonesia (karena beliau sudah pensiun). Beliau merupakan atlit olahraga tinju yang memiliki reputasi sangat cemerlang. Tetapi di catatan rekor kemenangannya, sangat sedikit sekali Crish John menang dengan cara mengkanvaskan lawannya. Mengapa demikian? jawabannya sudah jelas, yaitu karena Crish John lebih mengandalkan teknik daripada otot. 

Tetapi apakah hanya karena tinju memiliki "Teknik" maka sudah pantas disebut olahraga? tentu saja tidak, karena dalam perkelahian jalanan pun para pelakunya juga pasti memiliki "Teknik - teknik" tersendiri. Terus apa yang menjadi pembeda antara kedua hal tersebut?, sudah jelas jawabannya adalah aturan. Di dalam dunia tinju sendiri terdapat aturan/disiplin - disiplin yang disusun sedemikian rupa sehingga tidak memberatkan pihak manapun. Berbeda dengan "perkelahian" yang biarpun juga memiliki aturan, tetapi sudah pasti merugikan, dan tidak seimbang. 

Selain itu, seorang petinju yang akan bertanding, harus menjalani program latihan yang terjadwal dan cukup berat. Berlatih fisik (olah-raga), mental, serta teori - teori yang akan ia gunakan pada saat bertanding. Menjaga pola makan agar dapat menyesuaikan berat badannya dengan lawan bertandingnya nanti. Berat badan inilah yang menjadi tolak ukur seorang petinju dapat bertanding pada kelas apa (Kelas berat, Kelas bantam, kelas bulu, kelas Ringan, kelas menengah, Dll). Karena apabila ia dan lawan tandingnya berbeda kelas, maka dapat dipastikan pertandingan antar keduanya tidak dapat dilaksanakan.

Dari fakta - fakta inilah penulis dapat menarik kesimpulan tentang alasan mengapa tinju dapat disebut sebagai olahraga.